Jakarta (ANTARA) - Analis MNC Sekuritas Widi Tirta Gilang Citradi menilai prospek bank digital pada tahun depan masih menjanjikan, meski ada tantangan seperti pelemahan daya beli masyarakat, inflasi, dan suku bunga tinggi.

"Apabila inflasi berhasil dijinakkan dan suku bunga acuan sudah mulai moderat, bank digital bisa berkibar lagi tapi dengan sejumlah syarat," ujar Tirta dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, syarat paling mendasar adalah kemampuan bank digital memperluas kerja sama ekosistem dan mampu mengendalikan potensi risiko. "Ini dua hal yang tidak terpisahkan. Untuk bertumbuh, bank digital harus mampu memperbanyak partner bisnis. Masalahnya, memperluas partnership sama dengan menaikkan tingkat risiko," katanya.

Jika hanya mengandalkan ekosistem berdasarkan grup sendiri atau satu afiliasi, bank digital menghadapi dua tantangan. Pertama, risiko terkonsentrasi di satu titik. Kedua, bank tidak terpacu untuk meningkatkan kapasitasnya karena terlalu nyaman dengan grup sendiri.

Baca juga: Gubernur BI optimistis terhadap keuangan digital Tanah Air pada 2023

"Bank digital yang saat ini terlalu mengandalkan atau di-back up penuh oleh ekosistem grup sendiri memang terlihat unggul, tapi itu akan ada batasnya. Ketika mereka sadar perlu ekspansi keluar ekosistem, mereka justru mendapati dirinya sudah tertinggal oleh kompetitor yang justru agresif membangun kolaborasi dengan banyak ekosistem," katanya.

Untuk bank digital yang berani ekspansi membangun ekosistem di luar dirinya akan menghadapi satu tantangan, yakni manajemen risiko.

"Ada risiko peningkatan NPL, risiko pasar dan risiko hukum jika ternyata integrasinya gagal. Tapi jika berbagai risiko itu bisa dikendalikan dan dimitigasi, mereka akan menikmati pertumbuhan bisnis luar biasa," katanya.

Lebih jauh Tirta menilai Bank Jago terlihat lebih menonjol dalam hal kolaborasi dengan banyak partner seperti dengan GOTO, Stockbit dan Bibit. "Belum lagi rencana kolaborasi dengan BFI Finance (BFIN) dan Carsome," ujarnya.

Baca juga: BI proyeksi transaksi digital banking capai Rp53.144 triliun pada 2022

Nomura Sekuritas juga menyebutkan salah satu pilar sukses Bank Jago adalah kerja sama dengan partner beragam. Dalam laporan riset yang dipublikasikan terbatas pada 1 Maret 2022 lalu disebutkan kemitraan dengan Gojek, HomeCredit, KreditPintar, bakal memberikan akses pembiayaan yang luas kepada nasabah maupun basis merchant di dalam ekosistem.

Sementara itu Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai kolaborasi dengan ekosistem adalah keniscayaan bagi bank berbasis teknologi yang akan menghadirkan nilai jangka panjang.

Dia menilai apa yang dilakukan Bank Jago dengan jumlah ekosistem yang digandeng sudah tepat, sehingga mampu mencetak profit dan kredit bermasalah (NPL) yang rendah.

Berdasarkan laporan keuangan Bank Jago per September 2022, rasio NPL mencapai 0,59 persen, lebih rendah dari Bank Neo Commerce (1,86 persen) dan Seabank (3,26 persen) yang memiliki aset lebih tinggi.

Baca juga: Penerapan "open finance" dinilai percepat transformasi digital bank

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022